DVBkUSiVdEEMAmU2y4AlVQF5CH4 Analisis Kesulitan Belajar | PENDIDIKAN PEMBELAJARAN

Visitor

Saturday 27 April 2013

Analisis Kesulitan Belajar




ANALISIS KESULITAN BELAJAR
SISWI KELAS X HARVARD MA BILINGUAL BATU
PADA MATA PELAJARAN BAHASA ARAB

Laporan Analisis Kesulitan Belajar

Disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan mata kuliah
Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Keguruan II

The Learning University
 

Oleh:
Imam Taqyudin
209231416686
 
 


UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS SASTRA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
APRIL 2013

 
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan formal merupakan lingkungan hidup kedua sesudah rumah di mana anak didik untuk sekian jam tiap-tiap hari ‘mengisi’ hidupnya (Partowisastro: 1982:13). Di sekolah, guru memiliki peranan penting karena selain sebagai fasilitator dan motivator dalam proses pembelajaran, guru juga berperan sebagai pembimbing dan pendidik. Tugas seorang guru tidak hanya melakukan transformasi ilmu pengetahuan saja namun juga mengidentifikasi siswa yang bermasalah dan memberikan pertimbangan pemecahan masalah yang mereka hadapi.
Siswa merupakan salah satu komponen pendidikan di sekolah, untuk itu perlu mendapat perhatian yang besar dari lingkungan pendidikannya. Kadang-kadang seorang siswa menghadapi permasalahan yang kompleks yang dapat mempengaruhi prestasi belajarnya di sekolah. Problematika yang dihadapi siswa merupakan masalah yang sangat penting yang harus diketahui oleh guru. Sebab hal itu sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajarnya. Kesulitan belajar tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya faktor kesehatan, keadaan sosial,  keadaan keluarga atau pergaulan, dan berbagai macam masalah pribadi lainnya. Faktor-faktor yang penyebab terjadinya kesulitan belajar tersebut tidak dapat dihindari oleh setiap siswa, oleh karena itu tugas guru sebagai tenaga pendidik dan pembimbing sangat berperan dalam memberikan siswa pertimbangan pemecahan masalah yang dialami.
Selanjutnya, guru harus memahami dan mengetahui lebih mendalam keadaan siswa, tingkah laku, latar belakang, dan kesulitan atau permasalahan yang dihadapinya. Seorang guru harus mampu memberikan pertimbangan pemecahan atau jalan penyelesaiannya, agar siswa dapat menentukan pemecahan masalah yang terbaik bagi kesulitan yang sedang dihadapi. Dalam memberikan bantuan dan pertimbangan guru juga harus memperhatikan aspek-aspek yang meliputi pribadi siswa yang bermasalah, antara lain kedewasaan; bakat; kemampuan; lingkungan; dan sebagainya. Hal ini dimaksudkan agar siswa yang diberi bantuan dan pertimbangan pemesahan masalah dapat menentukan pemecahan masalah yang dihadapinya secara tepat.
Di antara proses memperoleh informasi dan membantu siswa yang bermasalah antara lain melalui analisis kesulitan belajar. Kesulitan merupakan suatu kondisi tertentu yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan dalam kegiatan mencapai tujuan, sehingga memerlukan usaha lebih giat lagi untuk dapat mengatasi.  Kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam suatu proses belajar yang ditandai adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar.
Melihat pentingnya peningkatan hasil belajar bagi seorang siswa, maka dituntut untuk lebih berkonsentrasi dalam menerima pelajaran. Untuk memenuhi tuntutan itu siswa harus dalam keadaan tenang dan nyaman. Sedangkan guru harus dapat mengidentifikasi segala permasalahan yang dihadapi oleh siswa. Siswa yang memiliki masalah seperti kurang motivasi belajar, kurang berkonsentrasi, kurang percaya diri, kurang bisa membagi waktu dan tidak bisa bersosialisasi harus diberikan dukungan dan bantuan untuk memecahkan masalahnya dengan pemberian pertimbangan pemecahan masalah yang tepat.
Kondisi yang demikian ini juga dialami siswi Kelas X Harvard MA Bilingual Batu. Yang bersangkutan mengalami masalah kurangnya motivasi belajar, kepercayaan diri dan tingkat kosentrasi disamping tingkat SDM yang lemah dalam mata pelajaran bahasa Arab, hal ini dibuktikan dengan hasil tes yang rendah di bawah rata-rata kelas. Berdasarkan permasalahan tersebut maka perlu adanya tindak lanjut terhadap siswa yang mempunyai nilai dibawah standar kelulusan minimal (SKM) ini. Selain masalah hasil belajar indikasi lain adalah rendahnya tingkat dan tidak teraturnya kebiasaan belajar siswa.
Pada laporan analisis kesulitan belajar kali ini akan dibahas tentang faktor-faktor penghambat dan penyebab kesulitan belajar siswi yang bersangkutan baik di lingkungan kelas, sekolah atau tempat tinggalnya dengan mengangkat tema “Analisis Kesulitan Belajar Siswi Kelas X Harvard MA Bilingual Batu Pada Mata Pelajaran Bahasa Arab”.

B.    Pengertian Analisis
Kamus besar bahasa Indonesia mendefinisikan analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.
 Sedangkan menurut Poerwadarminta (1984: 40), Analisis adalah penyelidikan suatu peristiwa (karangan, perbuatan dan sebagainya) untuk mengetahui apa sebabnya, bagaimana duduk perkaranya dan sebagainya.
Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa analisis adalah usaha untuk menyelidiki suatu permasalahan dengan cara menguraikan sutu bagian menjadi sub-sub bagian untuk mengetahui, memahami penyebab dan akar masalahnya.

C.    Pengertian Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar adalah hambatan atau gangguan belajar pada anak dan remaja yang ditandai oleh adanya kesenjangan yang signifikan antara taraf integensi dan kemampuan akademik yang seharusnya dicapai. Kesulitan belajar juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam suatu proses belajar yang ditandai adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar. Sedangkan menurut Mulyadi (2010:6-7) kesulitan belajar mempunyai pengertian yang luas dan termasuk di dalamnya pengertian-pengertian seperti:
1.     Learning Disorder (ketergangguan belajar)
Adalah keadaan di mana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya orang yang mengalami gangguan belajar, prestasi belajarnya tidak terganggu, akan tetapi proses belajarnya yang terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan. Dengan demikian hasil belajarnya lebih rendah dari potensi yang dimiliki.
2.     Learning Disabilities (ketidakmampuan belajar)
Adalah ketidakmampuan seseorang murid yang mengacu kepada gejala di mana murid tidak mampu belajar, sehingga hasil belajarnya di bawah potensi intelektualnya.
3.     Learning Disfungtion (ketidakfungsian belajar)
Menunjukkan gejala di mana proses belajar tidak berfungsi dengan baik meskipun pada dasarnya tidak ada tanda-tanda subnormalitas mental, gangguan alat dria atau gangguan-gangguan psikologis lainnya.
4.     Under Achiever (pencapaian rendah)
Adalah mengacu kepada murid-murid yang memiliki tingkat potensi intelektual di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah.
5.     Slow Learner (lambat belajar)
Adalah murid yang lambat dalam proses belajarnya sehingga membutuhkan waktu dibandingkan dengan murid-murid yang lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.
Menurut Prayitno (1995:90-94) siswa yang mengalami masalah belajar dapat dikenali melalui prosedur pengungkapan melalui :
1.       Tes kemampuan dasar
Setiap siswa memiliki kemampuan dasar atau intelegensi tertentu. Tingkat kemampuan dasar ini biasanya diukur atau diungkapkan dengan mengadministra-sikan tes intelegensi yang sudah baku.
2.       Melalui Pengisian AUM PTSDL
Siswa mengisi alat ungkap masalah yang berkenan dengan masalah belajar. Alat ini dapat mengungkapkan prasyarat penguasaan materi, keterampilan belajar, sarana belajar, diri pribadi dan lingkungan belajar.
3.       Tes Diagnostik
Tes diagnostik merupakan instrumen untuk mengungkapkan adanya kesalahan-kesalahan yang dialami oleh siswa dalam bidang pelajaran tertentu, misalnya untuk bidang studi matematika, apakah dijumpai kesalahan-kesalahan dalam operasi matematika atau dalam pemakaian rumus. Dengan tes diagnostik sebenarnya sekaligus dapat diketahui kekuatan dan kelemahan siswa dalam bidang studi tertentu.
4.       Analisis Hasil Belajar
Tujuan analisis hasil belajar sama dengan tujuan tes diagnostik, yaitu untuk mengungkapkan kesalahan-kesalahan yang dialami oleh siswa dalam mata pelajaran atau bidang studi tertentu. Analisis hasil belajar prosedur dan pelaksanaannya di-lakukan dengan jalan memeriksa secara langsung materi hasil belajar yang ditampilkan siswa, baik melalui tulisan, bentuk grafik atau gambar, bentuk tiga dimensi berupa model, maket, dan bentuk tiga dimensi hasil kerajinan dan keterampilan tangan, gerak gerik suara, bentuk hasil belajar lainnya dapat berupa foto, film, ataupun rekaman video. Di samping pengungkapan masalah belajar tersebut di atas, dapat juga dilakukan melalui pengamatan langsung dan menggunakan tes bakat dan minat terhadap siswa.
5.       Langkah-langkah atau prosedur dan teknik pengunaan masalah (diagnosa kesulitan belajar):
a)     Identifikasi siswa yang mengalami kesulitan belajar. Cara yang dapat ditempuh dalam mengidentifikasi siswa yang diperkirakan mengalami kesulitan belajar ialah dengan menandai siswa dalam satu kelas yang diperkirakan mengalami kesulitan belajar dalam satu bidang studi.
b)     Melokalisasi letaknya kesulitan ( permasalahan), setelah menemukan kelas atau individu siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar.

D.              Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Dalam kegiatan belajar mengajar yang dijalani siswa di sekolah maupun di luar sekolah terdapat berbagai kesulitan yang dapat bersumber dari dirinya sendiri, pelajaran yang diterima, guru-guru, teman-teman, keluarga dan sebagainya. Menurut Oemar Hamalik (1983:112), pada garis besarnya faktor-faktor timbulnya masalah belajar pada siswa dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu:
1.     Faktor-faktor internal (faktor-faktor yang berada pada diri siswa itu sendiri), antara lain:
a.      Gangguan secara fisik, seperti kurang berfungsinya organ-organ perasaan, alat bicara, gangguan panca indera, cacat tubuh, serta penyakit menahun.
b.     Ketidakseimbangan mental (adanya gangguan dalam fungsi mental), seperti menampakkan kurangnya kemampuan mental, taraf kecerdasan cenderung kurang.
c.      Kelemahan emosional, seperti merasa tidak aman, kurang bisa menyusuaikan diri (maladjusment), tercekam rasa takut, benci dan antipati, serta ketidak matangan emosi.
d.     Kelemahan yang disebabkan oleh kebiasaan dan sikap yang salah, seperti kurang perhatian dan minat terhadap pelajaran sekolah, malas dalam belajar, dan sering bolos atau tidak mengikuti pelajaran.
2.     Faktor-faktor eksternal (faktor-faktor yang timbul dari luar diri individu), yaitu berasal dari:
a.      Lingkungan sekolah, antara lain:
1)       Sifat kurikulum yang kurang fleksibel
2)       Terlalu berat beban belajar (siswa) dan untuk mengajar (guru)
3)       Metode mengajar yang kurang memadai dan tidak menarik
4)       Hubungan guru dengan guru, guru dengan siswa, serta siswa dengan siswa yang kurang harmonis
5)       Kurangnya alat dan sumber untuk kegiatan belajar.
b.     Lingkungan keluarga (rumah), antara lain:
1)       Keluarga tidak utuh atau kurang harmonis misal orang tua sering bertengkar didepan anak, orang tua sering marah pada anak, orang tua otoriter, peraturan dalam keluarga kaku, orang tua keras dan sebagainya. Hal ini semua dapat mengangu anak belajar, sebagai akibatnya mungkin anak mungkin anak tidak bisa berkonsentrasi belajar, anak sering melamun waktu belajar atau anak mencari perhatian guru dengan menganggu teman dan sebagainya.
2)       Tuntutan orang tua yaitu bila tuntutan orang tua itu tidak sesuai dengan kemampuan anak. Misalnya orang tua menuntut anaknya supaya juara dikelasnya, sedangkan anak sendiri tidak mampu atau ada orang tua menuntut agar nilai matematika, IPA harus tinggi, sedangkan anak tidak mampu atau anak tidak punya minat atau bakat untuk bidang studi itu.
3)       Sikap orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan anaknya.
4)       Keadaan ekonomi.
5)       Siswa tulang punggung keluarga
c.      Lingkungan masyarakat, antara lain:
1)       Media cetak seperti komik, buku-buku pornografi.
2)       Media elektronik seperti TV, VCD, Playstation, dsb
3)       Media cetak seperti komik, buku-buku pornografi, dan sebagainya.

E.    Tujuan Layanan Bimbingan Siswa
1.     Tujuan Umum
Usaha layanan bimbingan siswa secara umum bertujuan untuk mengenal latar belakang pribadi siswa yang mengalami kesulitan belajar serta memahami dan menetapkan jenis dan sifat kesulitan belajar, faktor-faktor penyebab dan penetapan kemungkinan pemecahannya, baik cara pencegahan maupun penyembuhannya.
2.     Tujuan Khusus
Secara khusus, layanan bimbingan kepada siswa bertujuan untuk:
a.      Membantu menumbuhkan motivasi belajar dan sikap positif siswa terhadap perbedaan individu di dalam kelas.
b.     Membantu mengatasi kesulitan dalam memahami dirinya.
c.      Membantu mengatasi kesulitan dalam memahami lingkungan sekolah.
d.     Membantu mengatasi kesulitan dalam mengidentifikasi dan alternatif pemecahannya.
e.      Meningkatkan hasil belajar siswa

F.     Pentingnya Layanan Bimbingan Siswa
Kegiatan layanan bimbingan siswa mempunyai arti yang sangat penting dalam rangkaian proses belajar-mengajar di sekolah. Secara umum layanan bimbingan ini dapat memberikan manfaat bagi klien antara lain:
1.       Klien memperoleh bantuan untuk mengidentifikasi kasus atau masalah yang   dihadapinya dan jalan keluarnya.
2.       Klien bisa memahami perbedaan individu di lingkungan belajar untuk meningkatkan prestasi dan motovasi belajar.
3.       Klien dapat bergaul di lingkungan rumah dan sekolah dengan lebih baik.
4.       Klien mendapatkan hasil belajar yang memuaskan.

G.   Alasan Pemilihan Klien
Dalam penyusunan layanan bimbingan ini praktikan sengaja memilih siswi yang bernama Ayu Heni Fajar Tri Susanti siswi kelas X Harvard selanjutnya disebut klien untuk dibahas kesulitan belajarnya, berdasarkan pengamatan praktikan klien tersebut mempunyai tingkah laku yang berbeda di sekolah terutama pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar di kelas yaitu :
1.     Klien kurang dapat memahami pelajaran dengan baik.
2.     Klien cenderung pendiam dan kurang aktif selama pelajaran.
3.     Klien terlihat beberapa kali tidur di dalam kelas.
4.     Klien mempunyai reputasi hasil belajar dibawah standar minimal kelulusan yang ditetapkan oleh sekolah dengan perolehan nilai UTS 45.
Dengan melihat fakta yang ada maka praktikan beranggapan bahwa keadaan di atas harus segera diatasi karena akan menyebabkan kesulitan bagi peningkatan prestasi belajar klien di masa mendatang. Oleh karena itu praktikan memilih siswi tersebut untuk dijadikan klien dalam pembahasan ini.

H.      Metode Pengumpulan Data
Guna mengenal, memahami, dan mengidentifikasi siswa yang bermasalah, membutuhkan pengumpulan data mengenai siswa tersebut. Dalam analisis ini, prosedur non-testing digunakan untuk memperoleh data siswa. Prosedur non-testing tersebut antara lain:
  1. Angket Pribadi Siswa
Angket adalah instrumen pengumpulan data yang berupa daftar pertanyaan-pertanyaan tentang diri klien yang harus dijawab/dikerjakan oleh klien. Dari angket tersebut dapat dianalisis penyebab dari masalah yang dihadapi klien.
  1. Observasi
Teknik ini dilakukan dengan cara pengamatan dan pencatatan gejala dan tingkah laku pada diri klien. Observasi dapat dilakukan dengan mengamati tingkah laku klien selama mengikuti proses belajar mengajar di kelas, tingkah laku klien terhadap teman-temannya atau terhadap gurunya.
  1. Interview / Wawancara
Interview atau wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan cara mewancarai secara langsung klien itu sendiri dan orang-orang yang ‘dekat’ dengan klien, seperti wali kelas dan teman dekat di kelas. Wawancara berguna untuk mendukung data yang diperoleh dari angket.
  1. Daftar Cek Masalah
Yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan menggunakan sebuah daftar kemungkinan masalah yang disusun untuk mengetahui masalah yang pernah atau sedang dialami oleh klien. Teknik ini dilakukan dalam bentuk lembar problem check list.
5.       Studi Habit
Yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan menggunakan sebuah daftar kemungkinan masalah yang disusun untuk mengetahui kebiasaan belajar siswa. Teknik ini dilakukan dalam bentuk lembar problem check list.
  1. Studi Dokumenter
Yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan menganalisis  dan membahas menggunakan rekap absen dan nilai prestasi akademik siswa.

I.    Konfidensialias
Dalam langkah ini, setelah diperoleh data dari klien yang perlu diperhatikan adalah unsur kerahasian data, agar klien bersedia mengutarakan dengan jujur tanpa rasa takut dan ragu. Setiap layanan bimbingan harus dapat dijamin konfidensial atau kerahasian semua data klien, dan tidak digunakan oleh puhak manapun tanpa seijin klien yang bersangkutan, kecuali data tersebut digunakan untuk kepentingan klien.
Asas kerahasian ini diatur dalam kode etik jabatan konselor (1995) yang berbunyi :
1.     Catatan penting diri klien yang meliputi hasil wawancara, testing, surat menyurat, dan perekaman data lain semuanya merupakan informasi yang bersifat rahasia dan hanya boleh digunakan untuk kepentingan riset atau pendidikan calon konselor asalkan identitas klien dirahasiakan.
2.     Adalah kewajiban konselor untuk memegang rahasia klien, kewajiban ini tetap berlaku walaupun konselor tidak lagi menangani kasus atau tidak berdinas lagi sebagai konselor.

Mau Tukar Link? Copy/paste code HTML berikut ke blog anda

Pendidikan Pembelajaran