DVBkUSiVdEEMAmU2y4AlVQF5CH4 Teori-teori Kebenaran | PENDIDIKAN PEMBELAJARAN

Visitor

Tuesday 12 March 2013

Teori-teori Kebenaran



1.   TEORI KOHERENSI
a.     Sejarah Teori Koherensi
Penggagas teori ini adalah Plato (427-347 S.M.) dan Aristoteles (384-322 S.M.), selanjutnya dikembangkan oleh Benediet Spinoza, George Hegel dan F.H. Bradley (1864-1924). Meskipun demikian, menurut Titus, Smith dan Nolan bahwa bibit-bibit teori ini sebenarnya sudah ada sejak zaman pra Socrates. Spinoza kemudian mematangkan teorinya ini dan terus dikembangkan oleh penganut aliran ini seperti Francis Herbert Bradly, Brand Blanshard, Edgar Sheffied Brightman dan Rudolph Carnap. Teori ini dianut oleh kaum rasionalis dan idealis.
b.     Pengertian Koherensi
The Consistence Theory Of Truth, yang sering disebut dengan The coherence Theory Of Truth
“Suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan tersebut bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar”.
Kebenaran tidak dibentuk atas hubungan antara putusan (judgement) dengan sesuatu yang lalu, yakni fakta atau realitas, tetapi atas hubungan antara putusan-putusan itu sendiri
Teori koherensi ini memandang bahwa kebenaran adalah sebuah sistem dan seperangkat proposisi yang saling berhubungan secara koheren. Sebuah pernyataan dianggap benar apabila pernyataan itu dapat dimasukkan (incorporated) dengan cara yang tertib dan konsisten dengan perangkat proposisi. Sebab, menurutnya, alam ini konsisten dan koheren. Oleh karena itu, suatu pernyataan dianggap benar apabila pernyataan itu dilaksanakan atas pertimbangan konsistensi dan pertimbangan-pertimbangan lain yang telah diterima kebenarannya. Suatu pernyataan adalah benar apabila konsisten dengan pernyataan-pernyataan yang terlebih dahulu diterima dan diketahui kebenarannya.
Salah satu dasar teori ini adalah hubungan logis dari suatu proposisi dengan proposisi sebelumnya. Proposisi atau pernyataan adalah apa yang dinyatakan, diungkapkan dan dikemukakan atau menunjuk pada rumusan verbal berupa rangkaian kata-kata yang digunakan untuk mengemukakan apa yang hendak dikemukakan. Proposisi menunjukkan pendirian atau pendapat tentang hubungan antara dua hal dan merupakan gabungan antara faktor kuantitas dan kualitas. Contohnya tentang hakikat manusia, baru dikatakan utuh jika dilihat hubungan antara kepribadian, sifat, karakter, pemahaman dan pengaruh lingkungan.
Contoh 1 :
a)    semua manusia yang normal pasti akan menikah”.
b)    Dessy adalah gadis yang normal,
c)     Maka Dessy pasti ia akan menikah.
Contoh 2 :
a)    Semua manusia pasti akan mati
b)    Si Amir adalah seorang manusia
c)     Si Amir pasti akan mati
Sifat koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya itulah yang dianggap benar, dan inilah yang menjadi ciri khas dari teori kebenaran ini. Pengetahuan yang penyusunannya dilakukan pembuktian berdasarkan teori koheren adalah matematika. Matematika disusun atas beberapa dasar pernyataan yang dianggap benar (aksioma) dan berdasarkan aksioma dikembangkan teorema.
c.     Tokoh – Tokoh
1.     Plato,
2.     Aristoteles,
3.     Benediet Spinoza,
4.     George Hegel,
5.     Francis Herbert Bradley,
6.     Brand Blanshard,
7.     Edgar Sheffied Brightman dan
8.     Rudolph Carnap.

2.   TEORI KORESPONDENSI
a.     Sejarah
Teori korespondensi ini dianut oleh kaum realis dan mulai berkembang sejak zaman Aristoteles – Yunani Kuno, kemudian dikembangkan oleh Ibnu Sina dan Thomas Aquinas di abad Skolastik
b.     Pengertian Korespondensi
Menurut Bertrand Russell (1872-1970) Suatu pernyataan adalah benar jika materi pengetahuan yang dikandung pernyataan itu berkorespondensi (berhubungan) dengan obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut.
Menurut teori ini, kebenaran adalah kesetiaan terhadap realitas objektif (fidelity to objektive reality), yaitu adanya kesesuaian antara pernyataan tentang fakta, atau pertimbangan (judgement) dengan situasi yang dilukiskan oleh pertimbangan itu. Artinya, suatu pernyataan baru dianggap benar apabila materi pengetahuan yang dikandung oleh pernyataan itu berkoherensi (berhubungan) dengan objek yang dituju oleh pernyataan tersebut. Dengan kata lain, menurut teori ini bahwa suatu pernyataan itu dapat dikatakan benar jika berkorespondensi dengan realitas. Apabila sebuah gagasan selaras dengan pasagannya (counterpart) dalam dunia realitas, maka gagasan itu menjadi benar.
Contoh 1 :
”Soeharto adalah Presiden Republik Indonesia yang kedua, setelah Soekarno, maka pernyataan itu benar sesuai dengan objek yang bersifat faktual. Seandainya ada pernyataan yang menyebutkan bahwa ” ”Soeharto adalah Presiden Republik Indonesia yang pertama, maka pernyataan itu pasti salah, sebab pernyataan itu tidak sesuai dengan realitas fakta, karena Presiden Republik Indonesia yang pertama adalah Soekarno.
Contoh 2 :
“Ibu Kota Republik Indonesia adalah Jakarta”. Pernyataan yang benar karena secara faktual demikian
Teori Korespondensi ini sering diasosiasikan dengan teori-teori empiris pengetahuan. Gejala-gejala alamiah, menurut kaum empiris, adalah bersifat kongkret dan dapat dinyatakan lewat panca indera manusia. Gejala itu bila ditelaah mempunyai beberapa karakteristik tertentu. Logam bila dipanaskan akan memuai. Air akan mengalir ke tempat yang rendah. Pengetahuan inderawi bersifat parsial. Hal ini disebabkan adanya perbedaan antara indera yang satu dengan yang lain dan berbedanya objek yang dapat ditangkap indera. Perbedaan sensivitas tiap indera dan organ-organ tertentu menyebabkan kelemahan ilmu empiris. Ilmu pengetahuan empiris hanyalah merupakan salah satu upaya manusia dalam menemukan kebenaran yang hakiki dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Penyusunan pengetahuan secara empiris cenderung menjadi suatu kumpulan fakta yang belum tentu bersifat konsisten, dan mungkin saja bersifat kontradiktif. Adanya kecenderungan untuk mengistimewakan ilmu eksakta sebagai ilmu empiris untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi manusia tidak selalu tepat. Pengistimewaan pengetahuan empiris secara kultural membuat manusia modern seperti pabrik. Semua cabang kebudayaan yang terbentuk menjadi produksi yang bersifat massal.
Keberhasilan ilmu eksakta yang berdasarkan empirisme dalam mengembangkan teknologi -ketika berhadapan dengan ”kegagalan ” ilmu-ilmu human dalam menjawab masalah manusia- membawa dampak buruk terhadap kedudukan dan pengembangan ilmu-ilmu human. Analisis filsafat tentang kenyataan ini harus ditempatkan secara proporsional, karena merupakan suatu usaha ilmiah untuk membantu manusia mengungkap misteri kehidupannya secara utuh.
c.     Tokoh – tokoh
1.       Ibnu Sina
2.       Thomas Aquinas
3.       Bertrand Russell

3.   TEORI PRAGMATISME
a.     Sejarah
Teori pragmatisme ini termasuk teori kebenaran yang paling baru. Teori ini muncul dengan background telah berkembangnya kemajuan ilmu pengetahuan pada abad ke-19, terutama setelah adanya teori evolusi yang dikembangkan oleh Charles Darwin yang menempati posisi signifikan dalam percaturan ilmu pengetahuan. Teori ini dikembangan oleh William James di Amerika Serikat. Menurut filsafat ini dinyatakan, bahwa sesuatu ucapan, hukum, atau sebuah teori semata-mata bergantung kepada asas manfaat. Sesuatu dianggap benar jika mendatangkan manfaat.
b.     Pengertian Pragmatisme
Pragmatisme berasal dari bahasa Yunani Pragma, artinya yang dikerjakan, yang dapat dilaksanakan, dilakukan, tindakan atau perbuatan
Sedangkan Menurut Charles S Peirce (1839-1914) theory of truth adalah “ Kebenaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis”.
Teori kebenaran pragmatis adalah teori yang berpandangan bahwa arti dari ide dibatasi oleh referensi pada konsekuensi ilmiah, personal atau sosial. Suatu pernyataan dianggap benar apabila melalui pengukuran diketahui ada atau tidak adanya fungsi kebenaran itu terhadap kehidupan praktis. Benar tidaknya suatu dalil atau teori tergantung kepada berfaedah tidaknya dalil atau teori tersebut bagi manusia untuk kehidupannya. Kebenaran suatu pernyataan harus bersifat fungsional dalam kehidupan praktis. Menurut teori ini proposisi dikatakan benar sepanjang proposisi itu berlaku atau memuaskan. Apa yang diartikan dengan benar adalah yang berguna (useful) dan yang diartikan salah adalah yang tidak berguna (useless). Bagi para pragmatis, batu ujian kebenaran adalah kegunaan (utility), dapat dikerjakan (workability) dan akibat atau pengaruhnya yang memuaskan (satisfactory consequences).
Sesuatu dianggap benar jika memiliki “hasil yang memuaskan [satisfactory result]”:
1.     Sesuatu yang benar jika memuaskan keinginan dan tujuan manusia
2.     Sesuatu yang benar jika dapat diuji benar dengan eksperimen
3.     Sesuatu yang benar jika mendorong atau membantu perjuangan biologis untuk tetap ada.
Teori ini tidak mengakui adanya kebenaran yang tetap atau mutlak. Francis Bacon pernah menyatakan bahwa ilmu pengetahuan harus mencari keuntungan-keuntungan untuk memperkuat kemampuan manusia di bumi. Ilmu pengetahuan manusia hanya berarti jika nampak dalam kekuasaan manusia. Dengan kata lain ilmu pengetahuan manusia adalah kekuasaan manusia.
Pragmatisme dianggap juga salah satu aliran yang berpangkal pada Empirisme, kendatipun ada pula pengaruh Idealisme Jerman (Hegel) pada John Dewey, seorang tokoh Pragmatisme yang dianggap pemikir paling berpengaruh pada zamannya
c.     Tokoh-tokoh
1.   Charles Sanders Peirce,
2.   William James
3.   Jhon Dewey

4.   TEORI CONSENSUS
a.     Pengertian
Teori kebenaran consensus adalah suatu teori dinyatakan benar jika teori itu berdasarkan pada paradigma atau perspektif tertentu dan ada komunitas ilmuwan yang mengakui atau mendukung paradigma tersebut.
Banyak sejarawan dan filosof sains masa kini menekankan bahwa serangkaian fenomena atau realitas yang dipilih untuk dipelajari oleh kelompok ilmiah tertentu ditentukan oleh pandangan tertentu tentang realitas yang telah diterima secara apriori oleh kelompok tersebut. Pandangan apriori ini disebut paradigma oleh Kuhn dan world view oleh Sardar. Paradigma ialah apa yang dimiliki bersama oleh anggota-anggota suatu masyarakat sains atau dengan kata lain masyarakat sains adalah orang-orang yang memiliki suatu paradigma bersama. Masyarakat sains bisa mencapai konsensus yang kokoh karena adanya paradigma. Sebagai konstelasi komitmen kelompok, paradigma merupakan nilai-nilai bersama yang bisa menjadi determinan penting dari perilaku kelompok meskipun tidak semua anggota kelompok menerapkannya dengan cara yang sama. Paradigma juga menunjukkan keanekaragaman individual dalam penerapan nilai-nilai bersama yang bisa melayani fungsi-fungsi esensial ilmu pengetahuan. Paradigma berfungsi sebagai keputusan yuridiktif yang diterima dalam hukum tak tertulis. Pengujian suatu paradigma terjadi setelah adanya kegagalan berlarut-larut dalam memecahkan masalah yang menimbulkan krisis. Pengujian ini adalah bagian dari kompetisi di antara dua paradigma yang bersaingan dalam memperebutkan kesetiaan masyarakat sains. Falsifikasi terhadap suatu paradigma akan menyebabkan suatu teori yang telah mapan ditolak karena hasilnya negatif. Teori baru yang memenangkan kompetisi akan mengalami verifikasi. Proses verifikasi-falsifikasi memiliki kebaikan yang sangat mirip dengan kebenaran dan memungkinkan adanya penjelasan tentang kesesuaian atau ketidaksesuaian antara fakta dan teori. Pengalih kesetiaan dari paradigma lama ke paradigma baru adalah pengalaman konversi yang tidak dapat dipaksakan. Adanya perdebatan antar paradigma bukan mengenai kemampuan relatif suatu paradigma dalam memecahkan masalah, tetapi paradigma mana yang pada masa mendatang dapat menjadi pedoman riset untuk memecahkan berbagai masalah secara tuntas. Adanya jaringan yang kuat dari para ilmuwan sebagai peneliti konseptual, teori, instrumen, dan metodologi merupakan sumber utama yang menghubungkan ilmu pengetahuan dengan pemecahan berbagai masalah. Dalam ilmu astronomi, keunggulan kuantitatif tabel-tabel Rudolphine dan Keppler dibandingkan yang hitungan manual Ptolomeus merupakan faktor utama dalam konversi para astronom kepada Copernicanisme. Dalam fisika modern, teori relativitas umum Einsten mendapat ejekan karena ruang itu tidak mungkin melengkung. Untuk membuat transisi kepada alam semesta Einstein, seluruh konsep ruang, waktu, materi, gaya, dan sebagainya harus diubah dan di reposisi ulang. Hanya orang-orang yang bersama-sama menjalani atau gagal menjalani transformasi akan bisa menemukan dengan tepat apa yang mereka sepakati dan apa yang tidak.
b.     Tokoh – tokoh
1.   Kuhn
2. Sardar

5.   TEORI PERFORMATIF
a.     Pengertian
Teori ini menyatakan bahwa kebenaran diputuskan atau dikemukakan oleh pemegang otoritas tertentu.
Contoh 1 :
“ Mengenai penetapan 1 Syawal. Sebagian muslim di Indonesia mengikuti fatwa atau keputusan MUI atau pemerintah, sedangkan sebagian yang lain mengikuti fatwa ulama tertentu atau organisasi tertentu”.
Contoh 2 :
“ Pada masa rezim orde lama berkuasa, PKI mendapat tempat dan nama yang baik di masyarakat. Ketika rezim orde baru, PKI adalah partai terlarang dan semua hal yang berhubungan atau memiliki atribut PKI tidak berhak hidup di Indonesia”.
Contoh lainnya pada masa pertumbuhan ilmu, Copernicus (1473-1543) mengajukan teori heliosentris dan bukan sebaliknya seperti yang difatwakan gereja. Masyarakat menganggap hal yang benar adalah apa-apa yang diputuskan oleh gereja walaupun bertentangan dengan bukti-bukti empiris. Dalam fase hidupnya, manusia kadang kala harus mengikuti kebenaran performatif. Pemegang otoritas yang menjadi rujukan bisa pemerintah, pemimpin agama, pemimpin adat, pemimpin masyarakat, dan sebagainya. Kebenaran performatif dapat membawa kepada kehidupan sosial yang rukun, kehidupan beragama yang tertib, adat yang stabil dan sebagainya. Masyarakat yang mengikuti kebenaran performatif tidak terbiasa berpikir kritis dan rasional. Mereka kurang inisiatif dan inovatif, karena terbiasa mengikuti kebenaran dari pemegang otoritas. Pada beberapa daerah yang masyarakatnya masih sangat patuh pada adat, kebenaran ini seakan-akan kebenaran mutlak. Mereka tidak berani melanggar keputusan pemimpin adat dan tidak terbiasa menggunakan rasio untuk mencari kebenaran.

DAFTAR RUJUKAN
Milyandra, 2009. Makalah Pada Masa Aufklarung. From : milyandra.putra@yahoo.com. 28 Maret 2010
 2007. Teori-Kebenaran. From : www.zfikri.wordpress.com. 28 Maret 2010
M. Shiddiq Al Jawi, 2007. Dekonstruksi Pragmatisme. From : http://ayok.wordpress.com/2006/12/20/dekonstruksi-pragmatisme/. 28 Maret 2010
 2008. Teori Kebenaran. From : www.blogs.unpad.ac.id/mumuhmz/2008/09/20/bahan-i-teorikebenaran/. 28 Maret 2010

Mau Tukar Link? Copy/paste code HTML berikut ke blog anda

Pendidikan Pembelajaran