Unas semakin hari semakin dekat. Semua sekolah berlomba-lomba dengan
berbagai tips dan trik untuk mencapai kelulusan 100%. Berbagai usaha dan upaya
mengangkat hasil UNAS juga dilakukan, demi menjaga citra sekolah dan outputnya.
Diantara usaha untuk mencapai kelulusan ini beberapa sekolah secara
intens mengadakan latihan-latihan mengerjakan soal (try out) baik di
dalam sekolah atau mengikuti try out di luar sekolah. Dengan mengikuti
latihan-latihan ini tentunya biaya yang dikeluarkan tidak sedikit, sehingga menjadi
beban tersendiri bagi sekolah, guru, maupun siswa.
Ada pula yang secara istiqomah mengadakan istighosah dengan mengundang
ustadz atau ulama’ yang diharapkan keberkahannya sehingga dengan faktor X ini
siswa bisa mengerjakan soal-soal ujian dengan mudah dan lancar.
Semua usaha dan upaya ini hanya demi mendapatkan nilai nilai yang baik
untuk 3 mata pelajaran sesuai standart kelulusan pemerintah. Kemudian yang
menjadi pertanyaan, bagaimanakah peranan mata pelajaran lain yang sangat banyak
sekali? Apakah tidak memerlukan evaluasi? Apakah bersekolah selama beberapa
tahun hanya untuk memenuhi ambisi mendapatkan nilai yang baik pada 3 mata
pelajaran saja.
Sebetulnya ini pendidikan macam apa, kurikulum mana yang menjadi acuan? Sungguh
kasihan nasib peserta didik kita. Mereka dikorbankan hanya untuk mencari
prestise negara kita di dunia internasional. Apakah pemerintah tidak memikirkan
bagaimana akhlaq, etika dan moral mereka.
Sudah banyak kejadian dan peristiwa
yang mengenaskan di dunia pendidikan kita yang diakibatkan kebingungan kita
menentukan arah dan kiblat pendidikan kita.
Sungguh ironis Indonesia >>>>………….